Sabda Baginda Nabi Muhammad Saw yang satu ini sudah sangat familiar di kalangan para "Pecinta Tuhan..."
Bunyinya begini :
"Ana abal arwah wa Adamul abu basar. "Aku adalah bapak dari sekalian ruh dan Adam (Nabi Adam) adalah bapak dari sekalian jasad."
Jasad makhluk meiliputi darah, daging, urat, tulang, sumsum, mata, hidung, telinga, mulut, otak dan lain-lain. Manakala seluruh organ tubuh itu disatukan, lantas apakah dia sudah bisa disebut hidup? Mereka hanya se-onggok tumpukan daging, tulang dan lain-lain, tanpa ruh dia bukanlah apa-apa.
Kemudian, dia dianugerahi ruh, sehingga memiliki sifat hidup, melihat, bicara, mendengar dan lain-lain. Lantas, mengapa mereka menjadi angkuh, hanya karena perbandingan lebih muda dan tua, lebih cantik dan buruk rupa, lebih pintar dan bodoh, kaya dan miskin atau terhormat dan jelata?
Usia jasad mereka memang tak bisa dipungkiri telah menua, tetapi apakah ruh mereka juga mengalami hal yang sama? Jawabannya tentu tidak. Karena ruh tidak berbentuk seperti jasad, tidak bisa diklasifikasi seperti bentuk yang dapat menua, makanya setelah seluruh makhluk melewati fase kematian, mereka akan dibangkitkan dengan usia yang sama, yakni 18 tahun. Itulah satu "lapisan" diri makhluk setelah jasad yang bernama ruh.
Lalu, siapa sebetulnya ruh ini, seperti apa bentuk dan rupanya? Ruh bukan berarti sama berwujud seperti jasad, sebagaimana hidung dan nafas (angin) yang dapat dibayangkan bentuk dan rupanya.
Sekarang kembali pada Sabda Baginda Rasul, "Ana abal arwah.... aku adalah bapak dari sekalian ruh." Pertanyaannya, apakah ruh kita juga bagian dari ruh Baginda Rasulullah Saw? Jawabannya adalah betul sekali. Inilah pengetahuan dasar tentang siapa diri kita, tetapi ini baru lapisan pertama yang berada di permukaan, belum masuk pada hakikat diri yang paling rahasia. Namun setidaknya, apabila seseorang mengenal asal permulaan ruh, dia akan senantiasa mengingat Baginda Rasulullah Saw yang haq! Dia takkan pernah terpisah dengan Baginda Rasulullah Saw, hingga ajal menjemput, dibangkitkan dari kematian serta menjalani hidup di akherat kelak. Karenanya, temukanlah orang yang telah mengenal dirinya, mencintai dirinya, serta mereka yang mampu membedakan antara diri yang terkubur di dalam tanah dan diri yang abadi untuk DICINTAI. Agar engkau tidak keliru menempatkan CINTA yang sesungguhnya, bukan kepada mereka yang tidak mengenal dirinya. Karena mereka yang tidak mengenal dirinya, tak ubahnya seperti hewan, bilamana mati, dia hanya menjadi bangkai. Inilah sebaik-baik harta yang tidak pernah pupus hingga bertemu kepada Sang Khalik, yaitu ilmu mengenal diri. Wallahu'alam bisshawab.