Selasa, 05 Mei 2020

Anak Miskin Ini Dihardik karena Minum di bulan Ramadan

Dalam sebuah literatur yang pernah saya baca, kisah ini sungguh sangat menyentuh. Anak miskin itu berhari-hari tidak makan dan minum, karena tidak memiliki sesuatu yang dimakan atau diminum. Di tengah bulan suci Ramadan, tiba-tiba dia mendapatkan rezeki yang diminum. Karena sudah berhari-hari tak pernah minum, dia pun langsung menikmatinya. Namun apa yang terjadi, dia dihardik oleh orang kaya. 
Di sebuah perkampungan di negeri Bagdad, si anak miskin itu terlihat tak pernah menyentuh makanan maupun minuman hingga berhari-hari. Dia hidup sebatang kara, kedua orangtuanya sudah lama meninggal dunia. Dan dia bisa hidup hanya dari belas kasih orang lain.
Usianya yang terbilang masih sangat belia, membuat anak laki-laki yang berumur sekitar 10 tahun itu juga tidak dapat leluasa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk kebutuhan makan setiap hari. Terkadang dia pergi ke pasar untuk mengerjakan sesuatu yang dapat mengundang rasa iba orang lain.
Misal, menawarkan jasa membawa barang dagangan kepada pembeli, atau memungut barang-barang dagangan yang tengah berhamburan di tanah. Suatu waktu, tepat menjelang beberapa hari memasuki bulan suci Ramadan, si anak miskin ini hampir tak mendapatkan rezeki yang bisa dimakan.
Kemudian memasuki bulan Ramadan di hari yang pertama, si anak miskin ini telah mendapat kesempatan untuk melakukan sebuah pekerjaan dari seorang peternak domba, yakni memerah susu domba.
Dia diminta melakukan pekerjaan itu dari pagi hingga menjelang siang. Sebagai upah dari pekerjaan tersebut, si anak miskin ini mendapatkan segelas susu domba yang boleh diminum atau dibawa pulang.
Sementara itu, di kampung yang sama, terdapat seorang kaya yang kikir. Dia memiliki kebun yang sangat luas dan ternak domba yang sangat banyak. Kekikiran membuat dia terkenal sebagai orang kaya yang rakus.
Hari pertama bulan Ramadan tersebut, sepulang dari memerah domba, si anak miskin beristirahat di sebuah pohon yang rindang, sambil membawa segelas susu domba. Cuaca yang terik disertai dahaga yang dialami si anak miskin, karena tidak makan berhari-hari, bahkan hampir tidak pernah menikmati minuman bergizi seperti susu domba, membuatnya tak kuasa menahan haus.
Kemudian dia meminum susu domba itu teguk demi teguk, sambil menikmati kelezatannya. Bersamaan itu, si orang kaya kebetulan melintas di tempat itu, dan langsung berhenti menghampiri si anak miskin. Menyaksikan si anak miskin dengan enaknya minum susu di siang bulan puasa, si orang kaya langsung menghardiknya.
“Dasar anak tidak tahu diri. Di saat semua orang menahan haus dan lapar untuk berpuasa, kamu malah enek-enaknya minum di siang bulan puasa ini. Apakah orangtuamu tidak pernah mengajarkan, bahwa di bulan puasa ini tidak dibolehkan makan maupun minum,” hardik si kaya.
Si anak miskin itu hanya diam sambil menundukkan kepala, menatap isi gelas yang berada di genggamannya. Akan tetapi si orang kaya itu, tak kunjung berhenti untuk menghardiknya. Hingga akhirnya, si anak miskin itu berbicara dengan nada rendah.
“Mohon maaf wahai orangtua. Bukan saya tidak tahu, bahwa saat ini adalah bulan puasa. Dan bukan saya tidak tahu, bahwa di bulan puasa semua orang sedang berpuasa. Semua sudah pernah diajarkan orangtua saya di saat mereka masih hidup, namun sekarang mereka sudah tiada. Saya juga tahu, bahwa di bulan suci ini, kita tidak hanya diperintahkan untuk menahan haus dan lapar, tetapi juga diperintahkan menahan nafsu amarah,” ungkapnya.
“Berhari-hari saya telah menahan lapar dan haus, di saat itu engkau telah menikmati makanan dan minuman yang lezat-lezat, saya tidak pernah minta, marah, apalagi menghardik engkau. Lantas, baru saat ini saya menikmati segelas susu, setelah berhari-hari tidak minum, engkau dengan lantang menghardik dan memarahi saya,” ucap si anak miskin itu.
Mendengar ucapan anak tersebut, si orang kaya itu langsung tersentak. Dia tak mampu menjawab, melainkan hanya bisa diam membisu.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar