HIDUP bak tapak kaki yang membekas di pesisir pantai. Manakala air laut surut, pertanda langkah kaki yang masih berlanjut. Namun begitu air laut pasang, deburan ombak yang berayun ke pesisir akan menghapus seluruh jejak yang membekas pada lantai pasir.
Pagi berganti siang, siang berganti malam, begitulah peredaran waktu melewati masa dan mengubur kisah manusia satu demi satu. Usia yang tadinya balita, akan berubah menjadi kanak-kanak, remaja, dewasa hingga tua renta.
Baca juga : https://koranbanjar.net/sowan-ke-tuan-guru-syukri-unus-andin-diceritai-syekh-syarani-arif/
Ingatlah baik-baik, adakah bekas nenek moyang dan orangtua kita yang abadi. Bangunan yang tadinya kokoh menjadi lapuk, tanaman yang semula tunas kini mengering karena termakan usia.
Belia akan mengganti yang muda, yang muda menggeser yang tua, dan yang tua akan memasuki alam baka. Peringatan Tuhan sangat jelas. Wajah yang rupawan akan mengeriput, gigi yang rapi akan tanggal satu persatu dan rambut yang hitam lebam akan berubah putih.
Saksikan diri kita....
Langkah kita tak kan pernah bisa mundur, setiap hari kita sedang menuju alam keabadian. Meski kita memiliki kekayaan seisi alam semesta, namun tak sesaat pun mampu membayar perpanjangan waktu bila sakratul maut tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar