Minggu, 10 Mei 2020

Dialog Jasad dan Ruh


Hari sudah semakin senja, matahari terus bergeser menanti masa berpamitan.
Dia akan tenggelam berganti dengan sang rembulan. Matahari itu akan beristirahat di peraduan, sedangkan bulan memulai kisah dan mimpi bahagia atau duka yang menjadi nyata.

Lalu matahari berkata kepada bulan, "kini tiba saatnya masaku berakhir, lanjutkan masaku menuju keabadian. Jasadku terkubur di antara kegelapan. Wahai bulan, engkau adalah jiwaku yang akan bersujud penuh kebisuan. Tak ada mentari, tak ada terik dan tak ada mendung. Yang ada hanya diam menanti keputusan Sang Penentu."

Bulan pun menjawab, "wahai matahari, fajar telah kau lewati, pagi kau lalui hingga sore kau hampiri. Kini senja itu sudah semakin dekat. Kau takkan bisa mengelak dari waktu yang segera habis. Mintalah kepada Tuhan kita, bahwa diriku akan membawa kabar baik. Kabar baik tentang masamu di siang hari yang telah menerangi seluruh alam, memberikan kesehatan dan kesejukkan bagi insan. Akan aku sampaikan pertanggungjawaban sebagai pengganti dirimu di hadapan Yang Maha Adil."

Baca Juga: https://koranbanjar.net/kisah-hikmah-14-imam-ghazali-dan-seekor-lalat-yang-kehausan/

Saudaraku...
Demikianlah masa yang akan kita lewati, bak matahari sebagai perumpamaan jasad dan rembulan sebagai ruh. Pagi itu pasti berlalu diganti siang, siang akan menuju sore, sore mendatangi senja hingga matahari terbenam.

Ruh yang menjadi bulan purnama akan menerangi malam yang gelap (kubur). Tapi ruh yang penuh kegelapan akan tertutup awan (dosa-dosa).

Takdir kita pasti menjumpai kematian. Tak satupun makhluk yang mampu mengelak atau menunda meski sesaat. Saudara, kerabat, sahabat dan teman kita satu-persatu telah menghadap. Apakah berdiri maupun duduk, kita pasti dihadapkan pada pertanggungjawaban semasa hidup.

Pertanyaan demi pertanyaan yang menggelegar dari dua malaikat penanya pasti datang. Suasana mencekam di antara kegelapan membuat kita dalam ketakutan. Semua tak bisa kita hindari, semua pasti terjadi. Sebelum terlambat, tempuhlah jalan untuk menemukan jiwa yang tenang. Wallahu 'alam bishshawab.

Baca Juga: https://koranbanjar.net/kisah-hikmah-13-wali-allah-dan-rahib-ber-adu-menahan-lapar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar